back to list
Profile
Profile
Profile
Edward Tirtanata dan James Prananto
Edward Tirtanata dan James Prananto
Edward Tirtanata dan James Prananto
Co-founder dan CEO Kopi Kenangan/Co-founder dan Chief Business Officer Kopi Kenangan
Co-founder dan CEO Kopi Kenangan/Co-founder dan Chief Business Officer Kopi Kenangan
Co-founder dan CEO Kopi Kenangan/Co-founder dan Chief Business Officer Kopi Kenangan



Edward Tirtanata (33) dan James Prananto (33) adalah karib semasa sekolah di Jakarta Intercultural School (JIS). Bertahun-tahun terpisah, keduanya kembali bersama membangun Kopi Kenangan.
Keduanya kemudian melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat, meski di universitas yang berbeda. Edward belajar akuntansi dan keuangan di Northeastern University, sedangkan James belajar administrasi bisnis di University of Southern California dan mengambil program master di Loyola Marymount University.
Pada 2010, Edward lulus dan membantu usaha keluarganya yang sempat terpuruk akibat krisis keuangan 2008. Bersama sang ayah, ia merintis usaha batu bara, tapi merugi. Sejumlah aset keluarga pun terjual. Setelah itu, ia trauma berbisnis sumber daya alam yang harganya ditentukan mekanisme pasar. Edward sempat menjajal berjualan pakaian, tapi dewi fortuna masih menjauhinya.
Begitu pula saat Edward membuka gerai teh premium Lewis & Carroll (L&C) Tea di Jakarta pada 2015. Dengan harga per cangkir dijual Rp40.000-60.000, penjualannya ternyata masih di bawah harapan.
Edward kemudian mengajak James untuk memulai usaha baru, kedai kopi. Berbeda dengan Edward yang jatuh bangun memulai usaha, James saat itu merupakan pekerja kantoran. Ia pernah menjadi analis investasi di Bakrie & Brothers (2013), Assistant Head of Investors Relations & Corporate Finance di MNC (2013–2015), dan Head of Marketing di MisterAladin.com (2015–2018).
“Menjadi entrepreneur membuat saya lebih berkembang. Setiap hari ada tantangan baru, dan itu membuat personal growth lebih baik,” kata Edward .
Nama Kopi Kenangan dipilih agar terkesan lebih akrab, merakyat, dan mudah diingat, terutama bagi anak muda. Nama unik tersebut berhasil menyedot perhatian banyak orang. Kerelaan pembeli mempromosikan aneka menu unik Kopi Kenangan di media sosial diyakini akan menghemat biaya marketing.
Bermodalkan Rp150 juta dari hasil patungan, Edward dan James membuka gerai pertama Kopi Kenangan di Menara Standard Chartered, Kuningan, Jakarta Selatan pada Agustus 2017. Toko kecil di bawah elevator berukuran 12 m2 menjadi pembuka perjalanan Kopi Kenangan.
Hanya dalam kurun waktu 3 bulan, Edward dan James berhasil membalikkan modal dari gerai pertama Kopi Kenangan. Dua gerai lagi pun dibuka dan pendapatannya berhasil menutup modal dalam waktu 4 bulan.
Hingga akhir 2021, jenama yang bertransformasi menjadi "Kenangan Brands" ini telah mempekerjakan lebih dari 3.000 staf di lebih dari 600 gerai di 45 kota di Indonesia. Dalam 12 bulan terakhir, Kopi Kenangan telah menyajikan 40 juta cangkir. Mereka pun optimistis, bahwa pada kuartal pertama 2022, Kopi Kenangan bakal menyajikan 5,5 juta cangkir per bulan. Untuk menjaga orisinalitas rasa, James dan Edward sepakat tidak membuka franchise. Selain itu, ada Kenangan Academy yang diluncurkan Agustus 2020.
Mampu menyaingi hegemoni kedai kopi internasional seperti Starbucks dan The Coffee Bean, jelas Kopi Kenangan merupakan bisnis kopi lokal yang dikelola tidak main-main. Mereka berhasil mengisi sweet spot antara kopi berharga tinggi yang disajikan pebisnis kopi internasional dan kopi instan yang dijual di kios pinggir jalan.
Kopi Kenangan sendiri berfokus pada jenis baru rantai kopi, menggabungkan teknologi dengan metode pemasaran online ke offline. Edward mengatakan, sebelum membuka banyak gerai dan mengembangkan aplikasi Kopi Kenangan di smartphone, platform food delivery menjadi andalan. Dari situ pula memungkinkannya untuk mengetahui apa yang disukai ataupun yang diinginkan oleh para pelanggannya.
Tentu seperti kebanyakan industri bisnis lainnya, Edward mengakui pandemi Covid-19 menjadi krisis terbesar yang dihadapi. “Itu adalah tantangan terbesar kita. Bisa dibayangkan, kita punya investor tapi omzetnya hilang. Namun, berkat kerja sama yang kuat, kami berhasil melewati badai pandemi tersebut. Salah satu hal yang kami tekankan di tim adalah mentalitas, harus punya semangat memberikan yang terbaik,” ujarnya.
Di tengah persaingan bisnis kedai kopi semakin mengental, Kopi Kenangan bakal semakin agresif di sepanjang 2022 dengan target total 1.000 gerai, baik dalam maupun luar negeri. Itu sudah termasuk gerai Chigo (merek ayam goreng), Kenangan Manis, Kenangan Heritage, dan mengembangkan produk Cerita Roti. Terbaru, Kopi Kenangan meluncurkan produk kopi kemasan siap minum atau ready to drink (RTD) Kopi Kenangan Hanya Untukmu dan 99% Juice.
Pada Desember 2021 lalu, Kopi Kenangan meraih Pendanaan Seri C Tahap Pertama senilai US$96 juta atau sekitar Rp1,3 triliun. Melalui pendanaan ini, valuasi Kopi Kenangan tembus US$1 miliar dan menyandang gelar unicorn pertama dari sektor makanan dan minuman di Asia Tenggara.
Edward Tirtanata (33) dan James Prananto (33) adalah karib semasa sekolah di Jakarta Intercultural School (JIS). Bertahun-tahun terpisah, keduanya kembali bersama membangun Kopi Kenangan.
Keduanya kemudian melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat, meski di universitas yang berbeda. Edward belajar akuntansi dan keuangan di Northeastern University, sedangkan James belajar administrasi bisnis di University of Southern California dan mengambil program master di Loyola Marymount University.
Pada 2010, Edward lulus dan membantu usaha keluarganya yang sempat terpuruk akibat krisis keuangan 2008. Bersama sang ayah, ia merintis usaha batu bara, tapi merugi. Sejumlah aset keluarga pun terjual. Setelah itu, ia trauma berbisnis sumber daya alam yang harganya ditentukan mekanisme pasar. Edward sempat menjajal berjualan pakaian, tapi dewi fortuna masih menjauhinya.
Begitu pula saat Edward membuka gerai teh premium Lewis & Carroll (L&C) Tea di Jakarta pada 2015. Dengan harga per cangkir dijual Rp40.000-60.000, penjualannya ternyata masih di bawah harapan.
Edward kemudian mengajak James untuk memulai usaha baru, kedai kopi. Berbeda dengan Edward yang jatuh bangun memulai usaha, James saat itu merupakan pekerja kantoran. Ia pernah menjadi analis investasi di Bakrie & Brothers (2013), Assistant Head of Investors Relations & Corporate Finance di MNC (2013–2015), dan Head of Marketing di MisterAladin.com (2015–2018).
“Menjadi entrepreneur membuat saya lebih berkembang. Setiap hari ada tantangan baru, dan itu membuat personal growth lebih baik,” kata Edward .
Nama Kopi Kenangan dipilih agar terkesan lebih akrab, merakyat, dan mudah diingat, terutama bagi anak muda. Nama unik tersebut berhasil menyedot perhatian banyak orang. Kerelaan pembeli mempromosikan aneka menu unik Kopi Kenangan di media sosial diyakini akan menghemat biaya marketing.
Bermodalkan Rp150 juta dari hasil patungan, Edward dan James membuka gerai pertama Kopi Kenangan di Menara Standard Chartered, Kuningan, Jakarta Selatan pada Agustus 2017. Toko kecil di bawah elevator berukuran 12 m2 menjadi pembuka perjalanan Kopi Kenangan.
Hanya dalam kurun waktu 3 bulan, Edward dan James berhasil membalikkan modal dari gerai pertama Kopi Kenangan. Dua gerai lagi pun dibuka dan pendapatannya berhasil menutup modal dalam waktu 4 bulan.
Hingga akhir 2021, jenama yang bertransformasi menjadi "Kenangan Brands" ini telah mempekerjakan lebih dari 3.000 staf di lebih dari 600 gerai di 45 kota di Indonesia. Dalam 12 bulan terakhir, Kopi Kenangan telah menyajikan 40 juta cangkir. Mereka pun optimistis, bahwa pada kuartal pertama 2022, Kopi Kenangan bakal menyajikan 5,5 juta cangkir per bulan. Untuk menjaga orisinalitas rasa, James dan Edward sepakat tidak membuka franchise. Selain itu, ada Kenangan Academy yang diluncurkan Agustus 2020.
Mampu menyaingi hegemoni kedai kopi internasional seperti Starbucks dan The Coffee Bean, jelas Kopi Kenangan merupakan bisnis kopi lokal yang dikelola tidak main-main. Mereka berhasil mengisi sweet spot antara kopi berharga tinggi yang disajikan pebisnis kopi internasional dan kopi instan yang dijual di kios pinggir jalan.
Kopi Kenangan sendiri berfokus pada jenis baru rantai kopi, menggabungkan teknologi dengan metode pemasaran online ke offline. Edward mengatakan, sebelum membuka banyak gerai dan mengembangkan aplikasi Kopi Kenangan di smartphone, platform food delivery menjadi andalan. Dari situ pula memungkinkannya untuk mengetahui apa yang disukai ataupun yang diinginkan oleh para pelanggannya.
Tentu seperti kebanyakan industri bisnis lainnya, Edward mengakui pandemi Covid-19 menjadi krisis terbesar yang dihadapi. “Itu adalah tantangan terbesar kita. Bisa dibayangkan, kita punya investor tapi omzetnya hilang. Namun, berkat kerja sama yang kuat, kami berhasil melewati badai pandemi tersebut. Salah satu hal yang kami tekankan di tim adalah mentalitas, harus punya semangat memberikan yang terbaik,” ujarnya.
Di tengah persaingan bisnis kedai kopi semakin mengental, Kopi Kenangan bakal semakin agresif di sepanjang 2022 dengan target total 1.000 gerai, baik dalam maupun luar negeri. Itu sudah termasuk gerai Chigo (merek ayam goreng), Kenangan Manis, Kenangan Heritage, dan mengembangkan produk Cerita Roti. Terbaru, Kopi Kenangan meluncurkan produk kopi kemasan siap minum atau ready to drink (RTD) Kopi Kenangan Hanya Untukmu dan 99% Juice.
Pada Desember 2021 lalu, Kopi Kenangan meraih Pendanaan Seri C Tahap Pertama senilai US$96 juta atau sekitar Rp1,3 triliun. Melalui pendanaan ini, valuasi Kopi Kenangan tembus US$1 miliar dan menyandang gelar unicorn pertama dari sektor makanan dan minuman di Asia Tenggara.
Edward Tirtanata (33) dan James Prananto (33) adalah karib semasa sekolah di Jakarta Intercultural School (JIS). Bertahun-tahun terpisah, keduanya kembali bersama membangun Kopi Kenangan.
Keduanya kemudian melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat, meski di universitas yang berbeda. Edward belajar akuntansi dan keuangan di Northeastern University, sedangkan James belajar administrasi bisnis di University of Southern California dan mengambil program master di Loyola Marymount University.
Pada 2010, Edward lulus dan membantu usaha keluarganya yang sempat terpuruk akibat krisis keuangan 2008. Bersama sang ayah, ia merintis usaha batu bara, tapi merugi. Sejumlah aset keluarga pun terjual. Setelah itu, ia trauma berbisnis sumber daya alam yang harganya ditentukan mekanisme pasar. Edward sempat menjajal berjualan pakaian, tapi dewi fortuna masih menjauhinya.
Begitu pula saat Edward membuka gerai teh premium Lewis & Carroll (L&C) Tea di Jakarta pada 2015. Dengan harga per cangkir dijual Rp40.000-60.000, penjualannya ternyata masih di bawah harapan.
Edward kemudian mengajak James untuk memulai usaha baru, kedai kopi. Berbeda dengan Edward yang jatuh bangun memulai usaha, James saat itu merupakan pekerja kantoran. Ia pernah menjadi analis investasi di Bakrie & Brothers (2013), Assistant Head of Investors Relations & Corporate Finance di MNC (2013–2015), dan Head of Marketing di MisterAladin.com (2015–2018).
“Menjadi entrepreneur membuat saya lebih berkembang. Setiap hari ada tantangan baru, dan itu membuat personal growth lebih baik,” kata Edward .
Nama Kopi Kenangan dipilih agar terkesan lebih akrab, merakyat, dan mudah diingat, terutama bagi anak muda. Nama unik tersebut berhasil menyedot perhatian banyak orang. Kerelaan pembeli mempromosikan aneka menu unik Kopi Kenangan di media sosial diyakini akan menghemat biaya marketing.
Bermodalkan Rp150 juta dari hasil patungan, Edward dan James membuka gerai pertama Kopi Kenangan di Menara Standard Chartered, Kuningan, Jakarta Selatan pada Agustus 2017. Toko kecil di bawah elevator berukuran 12 m2 menjadi pembuka perjalanan Kopi Kenangan.
Hanya dalam kurun waktu 3 bulan, Edward dan James berhasil membalikkan modal dari gerai pertama Kopi Kenangan. Dua gerai lagi pun dibuka dan pendapatannya berhasil menutup modal dalam waktu 4 bulan.
Hingga akhir 2021, jenama yang bertransformasi menjadi "Kenangan Brands" ini telah mempekerjakan lebih dari 3.000 staf di lebih dari 600 gerai di 45 kota di Indonesia. Dalam 12 bulan terakhir, Kopi Kenangan telah menyajikan 40 juta cangkir. Mereka pun optimistis, bahwa pada kuartal pertama 2022, Kopi Kenangan bakal menyajikan 5,5 juta cangkir per bulan. Untuk menjaga orisinalitas rasa, James dan Edward sepakat tidak membuka franchise. Selain itu, ada Kenangan Academy yang diluncurkan Agustus 2020.
Mampu menyaingi hegemoni kedai kopi internasional seperti Starbucks dan The Coffee Bean, jelas Kopi Kenangan merupakan bisnis kopi lokal yang dikelola tidak main-main. Mereka berhasil mengisi sweet spot antara kopi berharga tinggi yang disajikan pebisnis kopi internasional dan kopi instan yang dijual di kios pinggir jalan.
Kopi Kenangan sendiri berfokus pada jenis baru rantai kopi, menggabungkan teknologi dengan metode pemasaran online ke offline. Edward mengatakan, sebelum membuka banyak gerai dan mengembangkan aplikasi Kopi Kenangan di smartphone, platform food delivery menjadi andalan. Dari situ pula memungkinkannya untuk mengetahui apa yang disukai ataupun yang diinginkan oleh para pelanggannya.
Tentu seperti kebanyakan industri bisnis lainnya, Edward mengakui pandemi Covid-19 menjadi krisis terbesar yang dihadapi. “Itu adalah tantangan terbesar kita. Bisa dibayangkan, kita punya investor tapi omzetnya hilang. Namun, berkat kerja sama yang kuat, kami berhasil melewati badai pandemi tersebut. Salah satu hal yang kami tekankan di tim adalah mentalitas, harus punya semangat memberikan yang terbaik,” ujarnya.
Di tengah persaingan bisnis kedai kopi semakin mengental, Kopi Kenangan bakal semakin agresif di sepanjang 2022 dengan target total 1.000 gerai, baik dalam maupun luar negeri. Itu sudah termasuk gerai Chigo (merek ayam goreng), Kenangan Manis, Kenangan Heritage, dan mengembangkan produk Cerita Roti. Terbaru, Kopi Kenangan meluncurkan produk kopi kemasan siap minum atau ready to drink (RTD) Kopi Kenangan Hanya Untukmu dan 99% Juice.
Pada Desember 2021 lalu, Kopi Kenangan meraih Pendanaan Seri C Tahap Pertama senilai US$96 juta atau sekitar Rp1,3 triliun. Melalui pendanaan ini, valuasi Kopi Kenangan tembus US$1 miliar dan menyandang gelar unicorn pertama dari sektor makanan dan minuman di Asia Tenggara.
Quick Fact
Quick Fact
Quick Fact
Edward Tirtanata dan James Prananto
Edward Tirtanata dan James Prananto
Education:
Education:
-
-
Quotes:
Quotes:
Salah satu hal yang kami tekankan di tim adalah mentalitas, harus punya semangat memberikan yang terbaik.
Salah satu hal yang kami tekankan di tim adalah mentalitas, harus punya semangat memberikan yang terbaik.
© 2025 IDN. All Rights Reserved.
© 2025 IDN. All Rights Reserved.
© 2025 IDN. All Rights Reserved.