back to list
Profile
Profile
Profile
Ferry Unardi
Ferry Unardi
Ferry Unardi
CEO and Co-founder Traveloka
CEO and Co-founder Traveloka
CEO and Co-founder Traveloka



Ide Traveloka bermula dari kesulitan Ferry Unardi (34) menemukan tiket pulang kampung dari Purdue University di Indiana, Amerika Serikat ke Padang, Sumatra Barat. Di sebuah apartemen sederhana, Ferry bersama dua rekannya, Derianto Kusuma dan Albert Zhang kemudian merancang sebuah mesin metasearch perjalanan yang menjadi cikal bakal Traveloka.
Saat idenya mulai menemukan wujud, Ferry memutuskan dropout dari program master di Universitas Harvard dan pulang ke Indonesia dan membangun Traveloka. Sejumlah investor seperti East Ventures, GIC, Expedia, Hillhouse, JD.com, Sequoia, dan Rocket Internet turut menyuntikkan dana.
Sebagai salah satu unicorn di Indonesia, kini nilai valuasi dari Traveloka telah mencapai lebih dari US$3 miliar atau sekitar Rp42,9 triliun. Traveloka juga telah berkembang dan bisa diakses dari delapan negara, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Australia hingga India. Di platform App Store dan Play Store, aplikasi Traveloka telah diunduh 50 juta kali.
Pandemi Covid-19 menimbulkan gejolak di bisnis pariwisata. Traveloka pun terdampak. Pembatasan mobilitas yang diterapkan oleh pemerintah membuat jutaan orang membatalkan rencana bepergian dan menguangkan tiket yang telah dibelinya. Traveloka bahkan sempat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap sejumlah karyawan pada April 2020.
Namun, kejelian Ferry Unardi membuat Traveloka segera bangkit. Dengan pendanaan senilai US$250 juta atau setara Rp3,6 triliun yang salah satunya disokong oleh EV Growth, Traveloka kembali menata bisnisnya. Traveloka telah bertransformasi dan menyediakan lebih dari 20 produk gaya hidup, mulai dari transportasi, akomodasi, hiburan, hingga produk keuangan. Hingga kini, publik masih menunggu kejelasan kabar Traveloka melantai di Bursa.
Ide Traveloka bermula dari kesulitan Ferry Unardi (34) menemukan tiket pulang kampung dari Purdue University di Indiana, Amerika Serikat ke Padang, Sumatra Barat. Di sebuah apartemen sederhana, Ferry bersama dua rekannya, Derianto Kusuma dan Albert Zhang kemudian merancang sebuah mesin metasearch perjalanan yang menjadi cikal bakal Traveloka.
Saat idenya mulai menemukan wujud, Ferry memutuskan dropout dari program master di Universitas Harvard dan pulang ke Indonesia dan membangun Traveloka. Sejumlah investor seperti East Ventures, GIC, Expedia, Hillhouse, JD.com, Sequoia, dan Rocket Internet turut menyuntikkan dana.
Sebagai salah satu unicorn di Indonesia, kini nilai valuasi dari Traveloka telah mencapai lebih dari US$3 miliar atau sekitar Rp42,9 triliun. Traveloka juga telah berkembang dan bisa diakses dari delapan negara, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Australia hingga India. Di platform App Store dan Play Store, aplikasi Traveloka telah diunduh 50 juta kali.
Pandemi Covid-19 menimbulkan gejolak di bisnis pariwisata. Traveloka pun terdampak. Pembatasan mobilitas yang diterapkan oleh pemerintah membuat jutaan orang membatalkan rencana bepergian dan menguangkan tiket yang telah dibelinya. Traveloka bahkan sempat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap sejumlah karyawan pada April 2020.
Namun, kejelian Ferry Unardi membuat Traveloka segera bangkit. Dengan pendanaan senilai US$250 juta atau setara Rp3,6 triliun yang salah satunya disokong oleh EV Growth, Traveloka kembali menata bisnisnya. Traveloka telah bertransformasi dan menyediakan lebih dari 20 produk gaya hidup, mulai dari transportasi, akomodasi, hiburan, hingga produk keuangan. Hingga kini, publik masih menunggu kejelasan kabar Traveloka melantai di Bursa.
Ide Traveloka bermula dari kesulitan Ferry Unardi (34) menemukan tiket pulang kampung dari Purdue University di Indiana, Amerika Serikat ke Padang, Sumatra Barat. Di sebuah apartemen sederhana, Ferry bersama dua rekannya, Derianto Kusuma dan Albert Zhang kemudian merancang sebuah mesin metasearch perjalanan yang menjadi cikal bakal Traveloka.
Saat idenya mulai menemukan wujud, Ferry memutuskan dropout dari program master di Universitas Harvard dan pulang ke Indonesia dan membangun Traveloka. Sejumlah investor seperti East Ventures, GIC, Expedia, Hillhouse, JD.com, Sequoia, dan Rocket Internet turut menyuntikkan dana.
Sebagai salah satu unicorn di Indonesia, kini nilai valuasi dari Traveloka telah mencapai lebih dari US$3 miliar atau sekitar Rp42,9 triliun. Traveloka juga telah berkembang dan bisa diakses dari delapan negara, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Australia hingga India. Di platform App Store dan Play Store, aplikasi Traveloka telah diunduh 50 juta kali.
Pandemi Covid-19 menimbulkan gejolak di bisnis pariwisata. Traveloka pun terdampak. Pembatasan mobilitas yang diterapkan oleh pemerintah membuat jutaan orang membatalkan rencana bepergian dan menguangkan tiket yang telah dibelinya. Traveloka bahkan sempat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap sejumlah karyawan pada April 2020.
Namun, kejelian Ferry Unardi membuat Traveloka segera bangkit. Dengan pendanaan senilai US$250 juta atau setara Rp3,6 triliun yang salah satunya disokong oleh EV Growth, Traveloka kembali menata bisnisnya. Traveloka telah bertransformasi dan menyediakan lebih dari 20 produk gaya hidup, mulai dari transportasi, akomodasi, hiburan, hingga produk keuangan. Hingga kini, publik masih menunggu kejelasan kabar Traveloka melantai di Bursa.
Quick Fact
Quick Fact
Quick Fact
Ferry Unardi
Ferry Unardi
Education:
Education:
-
-
Quotes:
Quotes:
-
-
© 2025 IDN. All Rights Reserved.
© 2025 IDN. All Rights Reserved.
© 2025 IDN. All Rights Reserved.