back to list

Profile

Profile

Profile

Natalia Kusumo

Natalia Kusumo

Natalia Kusumo

CEO of Commercials & Hotels, ASG (Amantara)

CEO of Commercials & Hotels, ASG (Amantara)

CEO of Commercials & Hotels, ASG (Amantara)

Natalia Kusumo berkisah tentang bagaimana dia banyak ragu saat mengembangkan Pantai Indah Kapuk 2 (PIK2) melalui Amantara, anak perusahaan ASG yang berfokus pada pengembangan destinasi gaya hidup yang unik dan tematik dalam rupa bisnis kuliner, travel, dan gaya hidup. Salah satu proyek besarnya adalah Central Market PIK, yang pada awal perencanaannya banyak mendapatkan tantangan, baik dari perusahaan induk maupun tim internalnya. 

“Mereka bilang proyek ini enggak mungkin akan sukses, salah satunya karena tidak menggunakan pendingin ruangan (AC) di area publiknya. Tapi, saya tahu ini untuk sesuatu yang lebih baik,” ujar Natalia yang menjabat sebagai CEO of Commercials & Hotels, ASG (Amantara), Rabu (17/1). “Pertama, kami enggak punya banyak budget. Kedua, kami tahu biaya energi akan terus naik; dan yang terakhir, saya sadar bahwa kita semua harus lebih peduli pada lingkungan.” 

Central Market PIK dibangun pada masa pandemi Covid-19, yakni masa-masa ketika kebersihan udara merupakan hal yang sangat berharga. Alih-alih membangun sebuah pusat perbelanjaan dan gaya hidup yang tertutup dengan mesin pemurni udara (air purifier) yang tersebar, Natalia justru melihat bahwa tanaman adalah pemurni udara alami yang efektif dan efisien.

“Itulah sebabnya kami membangun Central Market PIK dengan konsep hijau. Banyak sekali tanaman. Tantangannya adalah bagaimana kami bisa membuat orang nyaman ketika dikelilingi sesuatu yang sifatnya alami dan ramah lingkungan,” ujar pebisnis perempuan yang belum genap berusia 30 ini.

Central Market PIK tidak saja dilengkapi berbagai fitur ramah lingkungan, seperti sistem daur ulang air hujan atau panel surya sebagai sumber energi, tapi juga memiliki biaya investasi 30 persen lebih rendah daripada bangunan mal sekelasnya di seluruh Indonesia. 

“Konsep ini cukup diterima di Singapura. Saya juga sangat yakin bisa diterapkan di Jakarta. Yang jelas, kami banyak melakukan riset dan pengembangan, termasuk bepergian ke berbagai tempat di dunia, untuk menemukan konsep yang tepat,” kata perempuan yang mengaku telah mengunjungi setengah jumlah negara di dunia ini.


Natalia Kusumo berkisah tentang bagaimana dia banyak ragu saat mengembangkan Pantai Indah Kapuk 2 (PIK2) melalui Amantara, anak perusahaan ASG yang berfokus pada pengembangan destinasi gaya hidup yang unik dan tematik dalam rupa bisnis kuliner, travel, dan gaya hidup. Salah satu proyek besarnya adalah Central Market PIK, yang pada awal perencanaannya banyak mendapatkan tantangan, baik dari perusahaan induk maupun tim internalnya. 

“Mereka bilang proyek ini enggak mungkin akan sukses, salah satunya karena tidak menggunakan pendingin ruangan (AC) di area publiknya. Tapi, saya tahu ini untuk sesuatu yang lebih baik,” ujar Natalia yang menjabat sebagai CEO of Commercials & Hotels, ASG (Amantara), Rabu (17/1). “Pertama, kami enggak punya banyak budget. Kedua, kami tahu biaya energi akan terus naik; dan yang terakhir, saya sadar bahwa kita semua harus lebih peduli pada lingkungan.” 

Central Market PIK dibangun pada masa pandemi Covid-19, yakni masa-masa ketika kebersihan udara merupakan hal yang sangat berharga. Alih-alih membangun sebuah pusat perbelanjaan dan gaya hidup yang tertutup dengan mesin pemurni udara (air purifier) yang tersebar, Natalia justru melihat bahwa tanaman adalah pemurni udara alami yang efektif dan efisien.

“Itulah sebabnya kami membangun Central Market PIK dengan konsep hijau. Banyak sekali tanaman. Tantangannya adalah bagaimana kami bisa membuat orang nyaman ketika dikelilingi sesuatu yang sifatnya alami dan ramah lingkungan,” ujar pebisnis perempuan yang belum genap berusia 30 ini.

Central Market PIK tidak saja dilengkapi berbagai fitur ramah lingkungan, seperti sistem daur ulang air hujan atau panel surya sebagai sumber energi, tapi juga memiliki biaya investasi 30 persen lebih rendah daripada bangunan mal sekelasnya di seluruh Indonesia. 

“Konsep ini cukup diterima di Singapura. Saya juga sangat yakin bisa diterapkan di Jakarta. Yang jelas, kami banyak melakukan riset dan pengembangan, termasuk bepergian ke berbagai tempat di dunia, untuk menemukan konsep yang tepat,” kata perempuan yang mengaku telah mengunjungi setengah jumlah negara di dunia ini.


Natalia Kusumo berkisah tentang bagaimana dia banyak ragu saat mengembangkan Pantai Indah Kapuk 2 (PIK2) melalui Amantara, anak perusahaan ASG yang berfokus pada pengembangan destinasi gaya hidup yang unik dan tematik dalam rupa bisnis kuliner, travel, dan gaya hidup. Salah satu proyek besarnya adalah Central Market PIK, yang pada awal perencanaannya banyak mendapatkan tantangan, baik dari perusahaan induk maupun tim internalnya. 

“Mereka bilang proyek ini enggak mungkin akan sukses, salah satunya karena tidak menggunakan pendingin ruangan (AC) di area publiknya. Tapi, saya tahu ini untuk sesuatu yang lebih baik,” ujar Natalia yang menjabat sebagai CEO of Commercials & Hotels, ASG (Amantara), Rabu (17/1). “Pertama, kami enggak punya banyak budget. Kedua, kami tahu biaya energi akan terus naik; dan yang terakhir, saya sadar bahwa kita semua harus lebih peduli pada lingkungan.” 

Central Market PIK dibangun pada masa pandemi Covid-19, yakni masa-masa ketika kebersihan udara merupakan hal yang sangat berharga. Alih-alih membangun sebuah pusat perbelanjaan dan gaya hidup yang tertutup dengan mesin pemurni udara (air purifier) yang tersebar, Natalia justru melihat bahwa tanaman adalah pemurni udara alami yang efektif dan efisien.

“Itulah sebabnya kami membangun Central Market PIK dengan konsep hijau. Banyak sekali tanaman. Tantangannya adalah bagaimana kami bisa membuat orang nyaman ketika dikelilingi sesuatu yang sifatnya alami dan ramah lingkungan,” ujar pebisnis perempuan yang belum genap berusia 30 ini.

Central Market PIK tidak saja dilengkapi berbagai fitur ramah lingkungan, seperti sistem daur ulang air hujan atau panel surya sebagai sumber energi, tapi juga memiliki biaya investasi 30 persen lebih rendah daripada bangunan mal sekelasnya di seluruh Indonesia. 

“Konsep ini cukup diterima di Singapura. Saya juga sangat yakin bisa diterapkan di Jakarta. Yang jelas, kami banyak melakukan riset dan pengembangan, termasuk bepergian ke berbagai tempat di dunia, untuk menemukan konsep yang tepat,” kata perempuan yang mengaku telah mengunjungi setengah jumlah negara di dunia ini.


Quick Fact

Quick Fact

Quick Fact

Natalia Kusumo

Natalia Kusumo

Education:

Education:

-

-

Quotes:

Quotes:

-

-