back to list
Profile
Profile
Profile
Tomy Yunus & Yohan Limerta
Tomy Yunus & Yohan Limerta
Tomy Yunus & Yohan Limerta
Co-founder & CEO, Co-founder Cakap
Co-founder & CEO, Co-founder Cakap
Co-founder & CEO, Co-founder Cakap



Tomy Yunus, 37, mendirikan Cakap bersama Yohan Limerta, 35, karena merasa bahasa asing dapat meningkatkan daya saing masyarakat Indonesia dalam pergaulan global. Tak hanya bahasa Inggris, kemampuan bahasa asing lainnya di Indonesia juga masih perlu ditingkatkan.
Pada 2015 Tomy bersama Yohan mendirikan platform pembelajaran bahasa bernama Squline yang merupakan akronim dari School Online, dengan bahasa Mandarin dan Inggris sebagai materi pembelajaran yang ditawarkan. Kemudian pada 2019 Tomy beserta tim melakukan regenerasi dan mengubah nama platform tersebut menjadi Cakap, karena dirasa lebih mudah diingat dan merepresentasikan Indonesia.
Di bawah kepemimpinannya sebagai CEO dan Co-founder, startup ini berkembang hingga memiliki tiga pilar usaha yang terdiri dari bahasa, upskill dan bisnis. Hingga saat ini, pilar bahasa masih memberi sumbangsih terbesar bagi perusahaan dengan peningkatan persentase siswa di bahasa Jepang, Korea dan Mandarin.
Konsep pendidikan yang menyediakan solusi pelajaran bahasa sejak dini hingga tingkat lanjut menjadikan perusahaan ini dipercaya oleh investor-investor, seperti Prasetia Dwidharma, KB Investment, Mandiri Capital dan Indonesia Impact Fund. Bahkan, suntikan dana dari MDI ventures dan Heritas Capital turut mengalir. Putaran pendanaan seri C1 pada 2023 lalu menjadikan Cakap resmi menyandang status centaur, atau satu tahap di bawah unicorn.
Tomy mengeklaim Cakap mampu meraih EBITDA positif dalam tiga tahun berturut-turut, dan beroperasi dengan efisien sehingga tidak melakukan downsizing saat banyak startup edutech lain memangkas karyawan.
"Cakap justru mampu memperbesar ekosistem dengan raihan total siswa yang kini melebihi tiga juta siswa," kata Tomy.
Tomy Yunus, 37, mendirikan Cakap bersama Yohan Limerta, 35, karena merasa bahasa asing dapat meningkatkan daya saing masyarakat Indonesia dalam pergaulan global. Tak hanya bahasa Inggris, kemampuan bahasa asing lainnya di Indonesia juga masih perlu ditingkatkan.
Pada 2015 Tomy bersama Yohan mendirikan platform pembelajaran bahasa bernama Squline yang merupakan akronim dari School Online, dengan bahasa Mandarin dan Inggris sebagai materi pembelajaran yang ditawarkan. Kemudian pada 2019 Tomy beserta tim melakukan regenerasi dan mengubah nama platform tersebut menjadi Cakap, karena dirasa lebih mudah diingat dan merepresentasikan Indonesia.
Di bawah kepemimpinannya sebagai CEO dan Co-founder, startup ini berkembang hingga memiliki tiga pilar usaha yang terdiri dari bahasa, upskill dan bisnis. Hingga saat ini, pilar bahasa masih memberi sumbangsih terbesar bagi perusahaan dengan peningkatan persentase siswa di bahasa Jepang, Korea dan Mandarin.
Konsep pendidikan yang menyediakan solusi pelajaran bahasa sejak dini hingga tingkat lanjut menjadikan perusahaan ini dipercaya oleh investor-investor, seperti Prasetia Dwidharma, KB Investment, Mandiri Capital dan Indonesia Impact Fund. Bahkan, suntikan dana dari MDI ventures dan Heritas Capital turut mengalir. Putaran pendanaan seri C1 pada 2023 lalu menjadikan Cakap resmi menyandang status centaur, atau satu tahap di bawah unicorn.
Tomy mengeklaim Cakap mampu meraih EBITDA positif dalam tiga tahun berturut-turut, dan beroperasi dengan efisien sehingga tidak melakukan downsizing saat banyak startup edutech lain memangkas karyawan.
"Cakap justru mampu memperbesar ekosistem dengan raihan total siswa yang kini melebihi tiga juta siswa," kata Tomy.
Tomy Yunus, 37, mendirikan Cakap bersama Yohan Limerta, 35, karena merasa bahasa asing dapat meningkatkan daya saing masyarakat Indonesia dalam pergaulan global. Tak hanya bahasa Inggris, kemampuan bahasa asing lainnya di Indonesia juga masih perlu ditingkatkan.
Pada 2015 Tomy bersama Yohan mendirikan platform pembelajaran bahasa bernama Squline yang merupakan akronim dari School Online, dengan bahasa Mandarin dan Inggris sebagai materi pembelajaran yang ditawarkan. Kemudian pada 2019 Tomy beserta tim melakukan regenerasi dan mengubah nama platform tersebut menjadi Cakap, karena dirasa lebih mudah diingat dan merepresentasikan Indonesia.
Di bawah kepemimpinannya sebagai CEO dan Co-founder, startup ini berkembang hingga memiliki tiga pilar usaha yang terdiri dari bahasa, upskill dan bisnis. Hingga saat ini, pilar bahasa masih memberi sumbangsih terbesar bagi perusahaan dengan peningkatan persentase siswa di bahasa Jepang, Korea dan Mandarin.
Konsep pendidikan yang menyediakan solusi pelajaran bahasa sejak dini hingga tingkat lanjut menjadikan perusahaan ini dipercaya oleh investor-investor, seperti Prasetia Dwidharma, KB Investment, Mandiri Capital dan Indonesia Impact Fund. Bahkan, suntikan dana dari MDI ventures dan Heritas Capital turut mengalir. Putaran pendanaan seri C1 pada 2023 lalu menjadikan Cakap resmi menyandang status centaur, atau satu tahap di bawah unicorn.
Tomy mengeklaim Cakap mampu meraih EBITDA positif dalam tiga tahun berturut-turut, dan beroperasi dengan efisien sehingga tidak melakukan downsizing saat banyak startup edutech lain memangkas karyawan.
"Cakap justru mampu memperbesar ekosistem dengan raihan total siswa yang kini melebihi tiga juta siswa," kata Tomy.
Quick Fact
Quick Fact
Quick Fact
Tomy Yunus & Yohan Limerta
Tomy Yunus & Yohan Limerta
Education:
Education:
-
-
Quotes:
Quotes:
-
-
© 2025 IDN. All Rights Reserved.
© 2025 IDN. All Rights Reserved.
© 2025 IDN. All Rights Reserved.