back to list

back to list

Profile

Profile

Profile

Dian Siswarini

Dian Siswarini

Dian Siswarini

CEO PT XL Axiata Tbk

CEO PT XL Axiata Tbk

CEO PT XL Axiata Tbk

Jakarta, FORTUNE - Kariernya bermula sebagai Satellite Communication Engineer di PT Citra Sari Makmur (CSM). Lalu, saat teknologi jaringan Global System for Mobile Communications (GSM) menjadi tren; lulusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1991 itu bergabung dengan Satelindo (saat ini Indosat Ooredoo Hutchinson) pada 1994. 

Dua tahun kemudian Dian pindah ke PT XL Axiata Tbk—saat itu masih PT Excelcomindo—sebagai Radio Planning Engineer.  Setahun di sana, dia mendapat promosi dan menduduki kursi manajer Radio Network Design. Dunia engineer adalah dunia yang mayoritas penghuninya laki-laki.

Meski begitu, dia secara profesional dituntut untuk dapat mengerjakan tugas yang sesungguhnya karena instruksi tidak mengenal jenis kelamin. Dian bahkan sudi memperbaiki jaringan di sejumlah menara BTS. Padahal, tugas itu menantang bukan saja karena butuh nyali, tapi juga kepiawaian dalam urusan teknis.

“Saya harus memanjat menara telco, sesuai dengan tugas yang diberikan atasan saya waktu itu,” katanya kepada Fortune Indonesia (23/9).

Berkat kerja keras dan pengalaman teknisnya, karier Dian melesat ke posisi Direktur urusan Network pada 2007. Pada 2012, dia menerima tantangan untuk menangani sisi bisnis dengan menjadi Direktur bidang Digital Business Development.

“Tahun 2014 saya di-challenge untuk bekerja di induk usaha XL, yaitu Axiata Group Berhad di Malaysia, yang pada saat itu beroperasi di tujuh negara sebagai Group Chief of Marketing and Operation Officer,” ujarnya.

Sempat mencicipi posisi Wakil Presiden Direktur pada 2014-2015, pada April 2015 Dian diangkat sebagai Presiden Direktur XL Axiata. Keputusan itu sekaligus mengantarnya sebagai CEO perempuan pertama perusahaan telko yang melantai di bursa.

Pandemi Covid-19 menjadi salah satu masa tersulit dalam periode kepemimpinannya. Meski begitu, perusahaan masih sanggup tumbuh positif. Kunci melewatinya adalah, “never waste a good crisis,” katanya.

Di antara kebijakan yang dia ambil agar operasional XL tetap berjalan adalah menghadirkan tim Emergency Responses Team (ERT) untuk menangani dampak pandemi di dalam perusahaan; lalu memperkuat Business Continuity Management (BCM) demi memberikan layanan terbaik bagi konsumen di tengah berbagai pembatasan.

Lantas, bagaimana siasat XL Axiata bertahan selama pandemi Covid-19 dan menyikapi tren merger dan akuisisi di industri telekomunikasi? Cerita selengkapnya bisa Anda baca pada Majalah Fortune Indonesia edisi Oktober 2022 dan simak kisah menarik dari Businessperson of the Year 2022 lainnya. https://www.tokopedia.com/majalahfortuneidn

Jakarta, FORTUNE - Kariernya bermula sebagai Satellite Communication Engineer di PT Citra Sari Makmur (CSM). Lalu, saat teknologi jaringan Global System for Mobile Communications (GSM) menjadi tren; lulusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1991 itu bergabung dengan Satelindo (saat ini Indosat Ooredoo Hutchinson) pada 1994. 

Dua tahun kemudian Dian pindah ke PT XL Axiata Tbk—saat itu masih PT Excelcomindo—sebagai Radio Planning Engineer.  Setahun di sana, dia mendapat promosi dan menduduki kursi manajer Radio Network Design. Dunia engineer adalah dunia yang mayoritas penghuninya laki-laki.

Meski begitu, dia secara profesional dituntut untuk dapat mengerjakan tugas yang sesungguhnya karena instruksi tidak mengenal jenis kelamin. Dian bahkan sudi memperbaiki jaringan di sejumlah menara BTS. Padahal, tugas itu menantang bukan saja karena butuh nyali, tapi juga kepiawaian dalam urusan teknis.

“Saya harus memanjat menara telco, sesuai dengan tugas yang diberikan atasan saya waktu itu,” katanya kepada Fortune Indonesia (23/9).

Berkat kerja keras dan pengalaman teknisnya, karier Dian melesat ke posisi Direktur urusan Network pada 2007. Pada 2012, dia menerima tantangan untuk menangani sisi bisnis dengan menjadi Direktur bidang Digital Business Development.

“Tahun 2014 saya di-challenge untuk bekerja di induk usaha XL, yaitu Axiata Group Berhad di Malaysia, yang pada saat itu beroperasi di tujuh negara sebagai Group Chief of Marketing and Operation Officer,” ujarnya.

Sempat mencicipi posisi Wakil Presiden Direktur pada 2014-2015, pada April 2015 Dian diangkat sebagai Presiden Direktur XL Axiata. Keputusan itu sekaligus mengantarnya sebagai CEO perempuan pertama perusahaan telko yang melantai di bursa.

Pandemi Covid-19 menjadi salah satu masa tersulit dalam periode kepemimpinannya. Meski begitu, perusahaan masih sanggup tumbuh positif. Kunci melewatinya adalah, “never waste a good crisis,” katanya.

Di antara kebijakan yang dia ambil agar operasional XL tetap berjalan adalah menghadirkan tim Emergency Responses Team (ERT) untuk menangani dampak pandemi di dalam perusahaan; lalu memperkuat Business Continuity Management (BCM) demi memberikan layanan terbaik bagi konsumen di tengah berbagai pembatasan.

Lantas, bagaimana siasat XL Axiata bertahan selama pandemi Covid-19 dan menyikapi tren merger dan akuisisi di industri telekomunikasi? Cerita selengkapnya bisa Anda baca pada Majalah Fortune Indonesia edisi Oktober 2022 dan simak kisah menarik dari Businessperson of the Year 2022 lainnya. https://www.tokopedia.com/majalahfortuneidn

Jakarta, FORTUNE - Kariernya bermula sebagai Satellite Communication Engineer di PT Citra Sari Makmur (CSM). Lalu, saat teknologi jaringan Global System for Mobile Communications (GSM) menjadi tren; lulusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1991 itu bergabung dengan Satelindo (saat ini Indosat Ooredoo Hutchinson) pada 1994. 

Dua tahun kemudian Dian pindah ke PT XL Axiata Tbk—saat itu masih PT Excelcomindo—sebagai Radio Planning Engineer.  Setahun di sana, dia mendapat promosi dan menduduki kursi manajer Radio Network Design. Dunia engineer adalah dunia yang mayoritas penghuninya laki-laki.

Meski begitu, dia secara profesional dituntut untuk dapat mengerjakan tugas yang sesungguhnya karena instruksi tidak mengenal jenis kelamin. Dian bahkan sudi memperbaiki jaringan di sejumlah menara BTS. Padahal, tugas itu menantang bukan saja karena butuh nyali, tapi juga kepiawaian dalam urusan teknis.

“Saya harus memanjat menara telco, sesuai dengan tugas yang diberikan atasan saya waktu itu,” katanya kepada Fortune Indonesia (23/9).

Berkat kerja keras dan pengalaman teknisnya, karier Dian melesat ke posisi Direktur urusan Network pada 2007. Pada 2012, dia menerima tantangan untuk menangani sisi bisnis dengan menjadi Direktur bidang Digital Business Development.

“Tahun 2014 saya di-challenge untuk bekerja di induk usaha XL, yaitu Axiata Group Berhad di Malaysia, yang pada saat itu beroperasi di tujuh negara sebagai Group Chief of Marketing and Operation Officer,” ujarnya.

Sempat mencicipi posisi Wakil Presiden Direktur pada 2014-2015, pada April 2015 Dian diangkat sebagai Presiden Direktur XL Axiata. Keputusan itu sekaligus mengantarnya sebagai CEO perempuan pertama perusahaan telko yang melantai di bursa.

Pandemi Covid-19 menjadi salah satu masa tersulit dalam periode kepemimpinannya. Meski begitu, perusahaan masih sanggup tumbuh positif. Kunci melewatinya adalah, “never waste a good crisis,” katanya.

Di antara kebijakan yang dia ambil agar operasional XL tetap berjalan adalah menghadirkan tim Emergency Responses Team (ERT) untuk menangani dampak pandemi di dalam perusahaan; lalu memperkuat Business Continuity Management (BCM) demi memberikan layanan terbaik bagi konsumen di tengah berbagai pembatasan.

Lantas, bagaimana siasat XL Axiata bertahan selama pandemi Covid-19 dan menyikapi tren merger dan akuisisi di industri telekomunikasi? Cerita selengkapnya bisa Anda baca pada Majalah Fortune Indonesia edisi Oktober 2022 dan simak kisah menarik dari Businessperson of the Year 2022 lainnya. https://www.tokopedia.com/majalahfortuneidn

Quick Fact

Quick Fact

Quick Fact

Dian Siswarini

Dian Siswarini

Education:

Education:

Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung (ITB)

Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung (ITB)

Quotes:

Quotes:

"Aksi konsolidasi atau merger sangat wajar dan menjadi keniscayaan diterapkan oleh penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia untuk dapat menciptakan industri yang semakin sehat."

"Aksi konsolidasi atau merger sangat wajar dan menjadi keniscayaan diterapkan oleh penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia untuk dapat menciptakan industri yang semakin sehat."