back to list
back to list
Profile
Profile
Profile
Nicke Widyawati
Nicke Widyawati
Nicke Widyawati
Direktur Utama PT Pertamina (Persero)
Direktur Utama PT Pertamina (Persero)
Direktur Utama PT Pertamina (Persero)



Memimpin satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam jajaran perusahaan berpendapatan terbesar dunia, Fortune 500, tentu bukan hal mudah. Apalagi, sektor minyak dan gas masih dianggap sebagai bisnis maskulin. Lalu, bagaimana perjalanan perempuan kelahiran 25 Desember 1967 ini memimpin Pertamina?
Menjabat Direktur Utama Pertamina sejak 30 Agustus 2018, Nicke mengalami tekanan berat akibat pandemi Covid-19. Pertamina mendapat pukulan tiga arah, dari jatuhnya harga minyak, penurunan permintaan bahan bakar, hingga tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sepanjang tahun lalu, pendapatan perseroan merosot 24 persen, dan labanya turun 58,4 persen.
Seiring dengan kondisi pemulihan ekonomi global, Pertamina berhasil mencapai target produksi migas pada paruh pertama 2021, dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2021 yang telah ditetapkan sebesar 848.000 barel setara minyak per hari (BOEPD).
Di bawah kepemimpinannya pula Pertamina berhasil membuat enam subholding usaha.
Selama memimpin Pertamina, Nicke pun telah mencanangkan fokus menjalankan transisi energi dan langkah dekarbonisasi pada operasional perusahaan dari hulu hingga hilir. Dalam implementasi aspek Environment, Social & Governance (ESG) Pertamina mengalami peningkatan signifikan dari skor 41,6 atau termasuk kategori Several Risk (Februari 2021) menjadi 28,1 (Medium Risk) pada September 2021.
Nicke yang pernah menjabat sebagai Direktur Pengadaan Strategis PLN juga masuk dalam jajaran 100 perempuan berpengaruh di dunia versi Majalah Fortune. Menduduki posisi ke-17, dia bersanding dengan pemimpin perusahaan global lainnya seperti CEO GlaxoSmithKline Emma Walmsley hingga CEO OCBC NISP Helen Wong.
Memimpin satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam jajaran perusahaan berpendapatan terbesar dunia, Fortune 500, tentu bukan hal mudah. Apalagi, sektor minyak dan gas masih dianggap sebagai bisnis maskulin. Lalu, bagaimana perjalanan perempuan kelahiran 25 Desember 1967 ini memimpin Pertamina?
Menjabat Direktur Utama Pertamina sejak 30 Agustus 2018, Nicke mengalami tekanan berat akibat pandemi Covid-19. Pertamina mendapat pukulan tiga arah, dari jatuhnya harga minyak, penurunan permintaan bahan bakar, hingga tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sepanjang tahun lalu, pendapatan perseroan merosot 24 persen, dan labanya turun 58,4 persen.
Seiring dengan kondisi pemulihan ekonomi global, Pertamina berhasil mencapai target produksi migas pada paruh pertama 2021, dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2021 yang telah ditetapkan sebesar 848.000 barel setara minyak per hari (BOEPD).
Di bawah kepemimpinannya pula Pertamina berhasil membuat enam subholding usaha.
Selama memimpin Pertamina, Nicke pun telah mencanangkan fokus menjalankan transisi energi dan langkah dekarbonisasi pada operasional perusahaan dari hulu hingga hilir. Dalam implementasi aspek Environment, Social & Governance (ESG) Pertamina mengalami peningkatan signifikan dari skor 41,6 atau termasuk kategori Several Risk (Februari 2021) menjadi 28,1 (Medium Risk) pada September 2021.
Nicke yang pernah menjabat sebagai Direktur Pengadaan Strategis PLN juga masuk dalam jajaran 100 perempuan berpengaruh di dunia versi Majalah Fortune. Menduduki posisi ke-17, dia bersanding dengan pemimpin perusahaan global lainnya seperti CEO GlaxoSmithKline Emma Walmsley hingga CEO OCBC NISP Helen Wong.
Memimpin satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam jajaran perusahaan berpendapatan terbesar dunia, Fortune 500, tentu bukan hal mudah. Apalagi, sektor minyak dan gas masih dianggap sebagai bisnis maskulin. Lalu, bagaimana perjalanan perempuan kelahiran 25 Desember 1967 ini memimpin Pertamina?
Menjabat Direktur Utama Pertamina sejak 30 Agustus 2018, Nicke mengalami tekanan berat akibat pandemi Covid-19. Pertamina mendapat pukulan tiga arah, dari jatuhnya harga minyak, penurunan permintaan bahan bakar, hingga tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sepanjang tahun lalu, pendapatan perseroan merosot 24 persen, dan labanya turun 58,4 persen.
Seiring dengan kondisi pemulihan ekonomi global, Pertamina berhasil mencapai target produksi migas pada paruh pertama 2021, dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2021 yang telah ditetapkan sebesar 848.000 barel setara minyak per hari (BOEPD).
Di bawah kepemimpinannya pula Pertamina berhasil membuat enam subholding usaha.
Selama memimpin Pertamina, Nicke pun telah mencanangkan fokus menjalankan transisi energi dan langkah dekarbonisasi pada operasional perusahaan dari hulu hingga hilir. Dalam implementasi aspek Environment, Social & Governance (ESG) Pertamina mengalami peningkatan signifikan dari skor 41,6 atau termasuk kategori Several Risk (Februari 2021) menjadi 28,1 (Medium Risk) pada September 2021.
Nicke yang pernah menjabat sebagai Direktur Pengadaan Strategis PLN juga masuk dalam jajaran 100 perempuan berpengaruh di dunia versi Majalah Fortune. Menduduki posisi ke-17, dia bersanding dengan pemimpin perusahaan global lainnya seperti CEO GlaxoSmithKline Emma Walmsley hingga CEO OCBC NISP Helen Wong.
Quick Fact
Quick Fact
Quick Fact
Nicke Widyawati
Nicke Widyawati
Education:
Education:
-
-
Quotes:
Quotes:
-
-
© 2025 IDN. All Rights Reserved.
© 2025 IDN. All Rights Reserved.
© 2025 IDN. All Rights Reserved.