back to list
back to list
Profile
Profile
Profile
Ririek Adriansyah
Ririek Adriansyah
Ririek Adriansyah
Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom)
Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom)
Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom)



Ririek sama sekali tidak pernah membayangkan akan menduduki jabatan nomor satu di perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Bahkan, saat pertama masuk Telkom—dulu masih bernama Perumtel—keluarganya pun tidak ada yang tahu. Ia memulai karier di perusahaan milik negara ini dengan cita-cita teramat sederhana.
“Waktu itu saya masuk Telkom karena kebetulan. Saya ikut tes di beberapa tempat, dan Telkom yang paling duluan merekrut saya. Jadi, karena butuh dapat income, malu kalau minta orang tua terus. Kemudian, biar bisa membantu (biaya) saudara-saudara saya. Sejujurnya, masuk Telkom, ya karena itu,” ujar Ririek kepada Fortune Indonesia (18/10).
Lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) 1989 ini memulai penghidupannya di Telkom Group sejak 1990 saat layanan perusahaan baru mencakup telepon, faksimili, dan telegram. Walau pernah berpindah kerja, sebagian besar kariernya ia habiskan untuk malang melintang di perusahaan induk maupun anak-anak perusahaan Telkom.
Pada 2008–2010, Ririek menjabat Direktur International Carrier Service PT Telekomunikasi Indonesia Internasional (Telin), salah satu anak perusahaan Telkom yang menyediakan layanan telekomunikasi bagi pasar mancanegara. Di sana, Ririek juga sempat mengisi pos direktur utama pada 2011–2012. Sejak itu, berbagai kursi direktur Grup Telkom berhasil dia rasakan.
“Awal jadi dirut Telin, tadinya saya pikir, ya sudah saya berhentinya di Telin saja. Saya enggak pernah terpikir untuk masuk jadi dirut di Telkomsel, apalagi Telkom. Sama sekali enggak pernah,” ujarnya menceritakan perjalanan kariernya yang tak terduga.
Pria ini juga sempat menduduki posisi Direktur Compliance & Risk Management (2012–2013) serta Direktur Wholesale & International Business (2013–2015) di Telkom. Kemudian, pada 2015–2019, Ririek dipercaya sebagai Direktur Utama PT Telkomsel. Sejak 2019 hingga kini, giliran Telkom merasakan sentuhannya sebagai direktur utama.
Di bawah Ririek, Telkom Indonesia meraih berbagai target dan pencapaian. Selama pandemi Covid-19—yang merebak di Indonesia sejak Maret 2020—perseroan membukukan peningkatan pendapatan dan laba bersih yang menggembirakan.
Pada 2020, Telkom mencatatkan revenue Rp136,46 triliun dengan kenaikan 0,66 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersihnya naik 11,47 persen ketimbang 2019 menjadi Rp20,8 triliun. Performa itu membuatnya Telkom Indonesia masuk lima besar pemeringkatan Fortune Indonesia 100 pada September 2021.
Kemudian, pada tengah semester 2021, Telkom membukukan pendapatan dan laba bersih menjanjikan. Revenue per Juni 2021 mencapai Rp69,48 triliun, naik 3,92% dari Rp66,86 ketimbang periode sama tahun sebelumnya. Untuk laba bersih, emiten berkode TLKM itu meraih Rp12,45 triliun pada semester pertama 2021, atau naik 13,30 persen dibandingkan semester sama tahun sebelumnya.
Menurut Ririek, peningkatan kinerja yang ditorehkan Telkom karena bauran kontribusi anak-anak perusahaan yang sudah mulai merata. Padahal, pertumbuhan Telkom mulanya didominasi Telkomsel. Kini, unit bisnis lain mulai tumbuh lebih cepat dan berkontribusi pada pertumbuhan induk usaha. Salah satu produk yang mencuat adalah IndiHome.
“IndiHome itu mungkin selama dua-tiga tahun terakhir menjadi driver pertumbuhan Telkom Group, ketika Telkomsel masih agak berat karena sebenarnya kurang sehat ya dengan diwarnai sejumlah isu, seperti perang harga dan sebagainya,” kata pria berlatar pendidikan teknik elektro tersebut.
Selama pandemi kebutuhan masyarakat akan teknologi dan layanan digital semakin meningkat. “Kontribusi dari sektor digital pun sudah lebih tinggi, jadi semakin besar,” kata Ririek. “Karena itu, digital ini kami anggap sebagai bisnis masa depan kami”.
Ririek sama sekali tidak pernah membayangkan akan menduduki jabatan nomor satu di perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Bahkan, saat pertama masuk Telkom—dulu masih bernama Perumtel—keluarganya pun tidak ada yang tahu. Ia memulai karier di perusahaan milik negara ini dengan cita-cita teramat sederhana.
“Waktu itu saya masuk Telkom karena kebetulan. Saya ikut tes di beberapa tempat, dan Telkom yang paling duluan merekrut saya. Jadi, karena butuh dapat income, malu kalau minta orang tua terus. Kemudian, biar bisa membantu (biaya) saudara-saudara saya. Sejujurnya, masuk Telkom, ya karena itu,” ujar Ririek kepada Fortune Indonesia (18/10).
Lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) 1989 ini memulai penghidupannya di Telkom Group sejak 1990 saat layanan perusahaan baru mencakup telepon, faksimili, dan telegram. Walau pernah berpindah kerja, sebagian besar kariernya ia habiskan untuk malang melintang di perusahaan induk maupun anak-anak perusahaan Telkom.
Pada 2008–2010, Ririek menjabat Direktur International Carrier Service PT Telekomunikasi Indonesia Internasional (Telin), salah satu anak perusahaan Telkom yang menyediakan layanan telekomunikasi bagi pasar mancanegara. Di sana, Ririek juga sempat mengisi pos direktur utama pada 2011–2012. Sejak itu, berbagai kursi direktur Grup Telkom berhasil dia rasakan.
“Awal jadi dirut Telin, tadinya saya pikir, ya sudah saya berhentinya di Telin saja. Saya enggak pernah terpikir untuk masuk jadi dirut di Telkomsel, apalagi Telkom. Sama sekali enggak pernah,” ujarnya menceritakan perjalanan kariernya yang tak terduga.
Pria ini juga sempat menduduki posisi Direktur Compliance & Risk Management (2012–2013) serta Direktur Wholesale & International Business (2013–2015) di Telkom. Kemudian, pada 2015–2019, Ririek dipercaya sebagai Direktur Utama PT Telkomsel. Sejak 2019 hingga kini, giliran Telkom merasakan sentuhannya sebagai direktur utama.
Di bawah Ririek, Telkom Indonesia meraih berbagai target dan pencapaian. Selama pandemi Covid-19—yang merebak di Indonesia sejak Maret 2020—perseroan membukukan peningkatan pendapatan dan laba bersih yang menggembirakan.
Pada 2020, Telkom mencatatkan revenue Rp136,46 triliun dengan kenaikan 0,66 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersihnya naik 11,47 persen ketimbang 2019 menjadi Rp20,8 triliun. Performa itu membuatnya Telkom Indonesia masuk lima besar pemeringkatan Fortune Indonesia 100 pada September 2021.
Kemudian, pada tengah semester 2021, Telkom membukukan pendapatan dan laba bersih menjanjikan. Revenue per Juni 2021 mencapai Rp69,48 triliun, naik 3,92% dari Rp66,86 ketimbang periode sama tahun sebelumnya. Untuk laba bersih, emiten berkode TLKM itu meraih Rp12,45 triliun pada semester pertama 2021, atau naik 13,30 persen dibandingkan semester sama tahun sebelumnya.
Menurut Ririek, peningkatan kinerja yang ditorehkan Telkom karena bauran kontribusi anak-anak perusahaan yang sudah mulai merata. Padahal, pertumbuhan Telkom mulanya didominasi Telkomsel. Kini, unit bisnis lain mulai tumbuh lebih cepat dan berkontribusi pada pertumbuhan induk usaha. Salah satu produk yang mencuat adalah IndiHome.
“IndiHome itu mungkin selama dua-tiga tahun terakhir menjadi driver pertumbuhan Telkom Group, ketika Telkomsel masih agak berat karena sebenarnya kurang sehat ya dengan diwarnai sejumlah isu, seperti perang harga dan sebagainya,” kata pria berlatar pendidikan teknik elektro tersebut.
Selama pandemi kebutuhan masyarakat akan teknologi dan layanan digital semakin meningkat. “Kontribusi dari sektor digital pun sudah lebih tinggi, jadi semakin besar,” kata Ririek. “Karena itu, digital ini kami anggap sebagai bisnis masa depan kami”.
Ririek sama sekali tidak pernah membayangkan akan menduduki jabatan nomor satu di perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Bahkan, saat pertama masuk Telkom—dulu masih bernama Perumtel—keluarganya pun tidak ada yang tahu. Ia memulai karier di perusahaan milik negara ini dengan cita-cita teramat sederhana.
“Waktu itu saya masuk Telkom karena kebetulan. Saya ikut tes di beberapa tempat, dan Telkom yang paling duluan merekrut saya. Jadi, karena butuh dapat income, malu kalau minta orang tua terus. Kemudian, biar bisa membantu (biaya) saudara-saudara saya. Sejujurnya, masuk Telkom, ya karena itu,” ujar Ririek kepada Fortune Indonesia (18/10).
Lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) 1989 ini memulai penghidupannya di Telkom Group sejak 1990 saat layanan perusahaan baru mencakup telepon, faksimili, dan telegram. Walau pernah berpindah kerja, sebagian besar kariernya ia habiskan untuk malang melintang di perusahaan induk maupun anak-anak perusahaan Telkom.
Pada 2008–2010, Ririek menjabat Direktur International Carrier Service PT Telekomunikasi Indonesia Internasional (Telin), salah satu anak perusahaan Telkom yang menyediakan layanan telekomunikasi bagi pasar mancanegara. Di sana, Ririek juga sempat mengisi pos direktur utama pada 2011–2012. Sejak itu, berbagai kursi direktur Grup Telkom berhasil dia rasakan.
“Awal jadi dirut Telin, tadinya saya pikir, ya sudah saya berhentinya di Telin saja. Saya enggak pernah terpikir untuk masuk jadi dirut di Telkomsel, apalagi Telkom. Sama sekali enggak pernah,” ujarnya menceritakan perjalanan kariernya yang tak terduga.
Pria ini juga sempat menduduki posisi Direktur Compliance & Risk Management (2012–2013) serta Direktur Wholesale & International Business (2013–2015) di Telkom. Kemudian, pada 2015–2019, Ririek dipercaya sebagai Direktur Utama PT Telkomsel. Sejak 2019 hingga kini, giliran Telkom merasakan sentuhannya sebagai direktur utama.
Di bawah Ririek, Telkom Indonesia meraih berbagai target dan pencapaian. Selama pandemi Covid-19—yang merebak di Indonesia sejak Maret 2020—perseroan membukukan peningkatan pendapatan dan laba bersih yang menggembirakan.
Pada 2020, Telkom mencatatkan revenue Rp136,46 triliun dengan kenaikan 0,66 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersihnya naik 11,47 persen ketimbang 2019 menjadi Rp20,8 triliun. Performa itu membuatnya Telkom Indonesia masuk lima besar pemeringkatan Fortune Indonesia 100 pada September 2021.
Kemudian, pada tengah semester 2021, Telkom membukukan pendapatan dan laba bersih menjanjikan. Revenue per Juni 2021 mencapai Rp69,48 triliun, naik 3,92% dari Rp66,86 ketimbang periode sama tahun sebelumnya. Untuk laba bersih, emiten berkode TLKM itu meraih Rp12,45 triliun pada semester pertama 2021, atau naik 13,30 persen dibandingkan semester sama tahun sebelumnya.
Menurut Ririek, peningkatan kinerja yang ditorehkan Telkom karena bauran kontribusi anak-anak perusahaan yang sudah mulai merata. Padahal, pertumbuhan Telkom mulanya didominasi Telkomsel. Kini, unit bisnis lain mulai tumbuh lebih cepat dan berkontribusi pada pertumbuhan induk usaha. Salah satu produk yang mencuat adalah IndiHome.
“IndiHome itu mungkin selama dua-tiga tahun terakhir menjadi driver pertumbuhan Telkom Group, ketika Telkomsel masih agak berat karena sebenarnya kurang sehat ya dengan diwarnai sejumlah isu, seperti perang harga dan sebagainya,” kata pria berlatar pendidikan teknik elektro tersebut.
Selama pandemi kebutuhan masyarakat akan teknologi dan layanan digital semakin meningkat. “Kontribusi dari sektor digital pun sudah lebih tinggi, jadi semakin besar,” kata Ririek. “Karena itu, digital ini kami anggap sebagai bisnis masa depan kami”.
Quick Fact
Quick Fact
Quick Fact
Ririek Adriansyah
Ririek Adriansyah
Education:
Education:
Institut Teknologi Bandung
Institut Teknologi Bandung
Quotes:
Quotes:
"Kontribusi dari sektor digital sudah lebih tinggi, jadi semakin besar. Karena itu, digital ini kami anggap sebagai bisnis masa depan."
"Kontribusi dari sektor digital sudah lebih tinggi, jadi semakin besar. Karena itu, digital ini kami anggap sebagai bisnis masa depan."
© 2025 IDN. All Rights Reserved.
© 2025 IDN. All Rights Reserved.
© 2025 IDN. All Rights Reserved.