back to list
back to list
Profile
Profile
Profile
Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto
Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto
Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto
Komisaris Utama Garudafood Putra Putri Jaya
Komisaris Utama Garudafood Putra Putri Jaya
Komisaris Utama Garudafood Putra Putri Jaya



Jakarta, FORTUNE - Siapa tidak mengenal kacang kulit Garuda? Kudapan yang orang biasa borong saat menggelar hajatan besar seperti nonton sepak bola bareng atau kumpul keluarga itu merupakan produk PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. Meski kini bukan lagi andalan karena digencet merek internal lain seperti Gery, Pilus, Chocolatos, dan susu Clevo, citranya masih lekat di benak orang banyak.
“Memang brand kami Garudafood itu masih strongly associated dengan kacang. Padahal, kacang sekarang kontribusinya hanya tinggal 24 persen,” demikian pengakuan Sudhamek kepada Fortune Indonesia (19/9).
Laki-laki yang barusan bicara ini merupakan sosok penting di balik kesuksesan emiten berkode saham GOOD. Dialah yang melahirkan produk kacang kulit berjenama Garuda pada 1990. Jauh sebelum itu, dia mengawali bisnis makanan ringan melalui PT Tudung Putra Jaya, perusahaan yang didirikan pada 1958 oleh Darmo Putro. Kala itu, grup Tudung merupakan produsen tepung tapioka.
Setelah pria kelahiran Rembang itu membawa bisnis keluarga untuk menjajaki produk camilan dengan kacang Garuda, empat tahun kemudian Tudung Group mendirikan PT Garuda Putra Putri Jaya sebagai perusahaan yang fokusnya adalah menghasilkan aneka produk kacang. Pabriknya berlokasi di Pati, Jawa Tengah. Sudhamek dipercaya sebagai direktur utamanya.
Pada 1997, Sudhamek mencoba melebarkan sayap bisnis Garuda dengan menjajaki sektor biskuit lewat pembangunan pabrik biskuit di Gresik, Jawa Timur. Lalu, memasuki dekade 2000-an, bisnis perusahaan ini kian mentereng lewat dominasinya di industri dengan pelbagai produk makanan maupun minuman.
Itu belum menghitung sejumlah aksi korporasinya. Garudafood menggelar joint venture dengan Suntory Beverage & Food Asia Pte Ltd, dan Hormel Foods Asia Pacific Ltd. Pada 2018, perusahaan mantap untuk melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) di pasar modal.
Geraknya pun tidak berhenti di situ, bahkan memasuki periode pandemi. Pada tahun pertama wabah Covid-19, Garudafood mengambil alih saham PT Mulia Boga Raya Tbk, perusahaan produsen makanan keju.
Sudhamek tidak memiliki formula khusus untuk mengibarkan bendera bisnisnya. Namun, dia meyakini satu hal: perusahaan harus sanggup memberikan nilai tambah atau added value dalam menawarkan suatu produk atau jasa. Konsep tersebut terkesan umum saja, dan dengan begitu jadi sangat masuk akal. Menurutnya, nilai tambah sangat penting dalam membangun kekuatan brand. Prinsip tersebut memungkinkan perusahaan untuk memberikan komposisi harga terbaik serta keunggulan kualitas.
Kemudian, untuk mendorong brand agar berhasil tumbuh di pasar, perusahaan perlu memiliki yang dinamakan brand strategy demi dapat mengenali selera konsumen. Jika keduanya dilebur dan diterapkan dengan baik, ujungnya adalah brand essence. Kalau sudah mencapai stasiun tersebut, brand kemungkinan telah mendapatkan rasa cinta konsumen.
“Pemain-pemain lain barangkali menggunakan tools yang sama. Tapi yang membedakan adalah dua faktor, yakni the discipline of getting things done, dan creativity of the people. Semakin kreatif, [usia] brand-nya akan semakin panjang,” ujarnya.
Cerita selengkapnya bisa Anda baca pada Majalah Fortune Indonesia edisi Oktober 2022 dan simak kisah menarik dari Businessperson of the Year 2022 lainnya. https://www.tokopedia.com/majalahfortuneidn.
Jakarta, FORTUNE - Siapa tidak mengenal kacang kulit Garuda? Kudapan yang orang biasa borong saat menggelar hajatan besar seperti nonton sepak bola bareng atau kumpul keluarga itu merupakan produk PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. Meski kini bukan lagi andalan karena digencet merek internal lain seperti Gery, Pilus, Chocolatos, dan susu Clevo, citranya masih lekat di benak orang banyak.
“Memang brand kami Garudafood itu masih strongly associated dengan kacang. Padahal, kacang sekarang kontribusinya hanya tinggal 24 persen,” demikian pengakuan Sudhamek kepada Fortune Indonesia (19/9).
Laki-laki yang barusan bicara ini merupakan sosok penting di balik kesuksesan emiten berkode saham GOOD. Dialah yang melahirkan produk kacang kulit berjenama Garuda pada 1990. Jauh sebelum itu, dia mengawali bisnis makanan ringan melalui PT Tudung Putra Jaya, perusahaan yang didirikan pada 1958 oleh Darmo Putro. Kala itu, grup Tudung merupakan produsen tepung tapioka.
Setelah pria kelahiran Rembang itu membawa bisnis keluarga untuk menjajaki produk camilan dengan kacang Garuda, empat tahun kemudian Tudung Group mendirikan PT Garuda Putra Putri Jaya sebagai perusahaan yang fokusnya adalah menghasilkan aneka produk kacang. Pabriknya berlokasi di Pati, Jawa Tengah. Sudhamek dipercaya sebagai direktur utamanya.
Pada 1997, Sudhamek mencoba melebarkan sayap bisnis Garuda dengan menjajaki sektor biskuit lewat pembangunan pabrik biskuit di Gresik, Jawa Timur. Lalu, memasuki dekade 2000-an, bisnis perusahaan ini kian mentereng lewat dominasinya di industri dengan pelbagai produk makanan maupun minuman.
Itu belum menghitung sejumlah aksi korporasinya. Garudafood menggelar joint venture dengan Suntory Beverage & Food Asia Pte Ltd, dan Hormel Foods Asia Pacific Ltd. Pada 2018, perusahaan mantap untuk melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) di pasar modal.
Geraknya pun tidak berhenti di situ, bahkan memasuki periode pandemi. Pada tahun pertama wabah Covid-19, Garudafood mengambil alih saham PT Mulia Boga Raya Tbk, perusahaan produsen makanan keju.
Sudhamek tidak memiliki formula khusus untuk mengibarkan bendera bisnisnya. Namun, dia meyakini satu hal: perusahaan harus sanggup memberikan nilai tambah atau added value dalam menawarkan suatu produk atau jasa. Konsep tersebut terkesan umum saja, dan dengan begitu jadi sangat masuk akal. Menurutnya, nilai tambah sangat penting dalam membangun kekuatan brand. Prinsip tersebut memungkinkan perusahaan untuk memberikan komposisi harga terbaik serta keunggulan kualitas.
Kemudian, untuk mendorong brand agar berhasil tumbuh di pasar, perusahaan perlu memiliki yang dinamakan brand strategy demi dapat mengenali selera konsumen. Jika keduanya dilebur dan diterapkan dengan baik, ujungnya adalah brand essence. Kalau sudah mencapai stasiun tersebut, brand kemungkinan telah mendapatkan rasa cinta konsumen.
“Pemain-pemain lain barangkali menggunakan tools yang sama. Tapi yang membedakan adalah dua faktor, yakni the discipline of getting things done, dan creativity of the people. Semakin kreatif, [usia] brand-nya akan semakin panjang,” ujarnya.
Cerita selengkapnya bisa Anda baca pada Majalah Fortune Indonesia edisi Oktober 2022 dan simak kisah menarik dari Businessperson of the Year 2022 lainnya. https://www.tokopedia.com/majalahfortuneidn.
Jakarta, FORTUNE - Siapa tidak mengenal kacang kulit Garuda? Kudapan yang orang biasa borong saat menggelar hajatan besar seperti nonton sepak bola bareng atau kumpul keluarga itu merupakan produk PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. Meski kini bukan lagi andalan karena digencet merek internal lain seperti Gery, Pilus, Chocolatos, dan susu Clevo, citranya masih lekat di benak orang banyak.
“Memang brand kami Garudafood itu masih strongly associated dengan kacang. Padahal, kacang sekarang kontribusinya hanya tinggal 24 persen,” demikian pengakuan Sudhamek kepada Fortune Indonesia (19/9).
Laki-laki yang barusan bicara ini merupakan sosok penting di balik kesuksesan emiten berkode saham GOOD. Dialah yang melahirkan produk kacang kulit berjenama Garuda pada 1990. Jauh sebelum itu, dia mengawali bisnis makanan ringan melalui PT Tudung Putra Jaya, perusahaan yang didirikan pada 1958 oleh Darmo Putro. Kala itu, grup Tudung merupakan produsen tepung tapioka.
Setelah pria kelahiran Rembang itu membawa bisnis keluarga untuk menjajaki produk camilan dengan kacang Garuda, empat tahun kemudian Tudung Group mendirikan PT Garuda Putra Putri Jaya sebagai perusahaan yang fokusnya adalah menghasilkan aneka produk kacang. Pabriknya berlokasi di Pati, Jawa Tengah. Sudhamek dipercaya sebagai direktur utamanya.
Pada 1997, Sudhamek mencoba melebarkan sayap bisnis Garuda dengan menjajaki sektor biskuit lewat pembangunan pabrik biskuit di Gresik, Jawa Timur. Lalu, memasuki dekade 2000-an, bisnis perusahaan ini kian mentereng lewat dominasinya di industri dengan pelbagai produk makanan maupun minuman.
Itu belum menghitung sejumlah aksi korporasinya. Garudafood menggelar joint venture dengan Suntory Beverage & Food Asia Pte Ltd, dan Hormel Foods Asia Pacific Ltd. Pada 2018, perusahaan mantap untuk melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) di pasar modal.
Geraknya pun tidak berhenti di situ, bahkan memasuki periode pandemi. Pada tahun pertama wabah Covid-19, Garudafood mengambil alih saham PT Mulia Boga Raya Tbk, perusahaan produsen makanan keju.
Sudhamek tidak memiliki formula khusus untuk mengibarkan bendera bisnisnya. Namun, dia meyakini satu hal: perusahaan harus sanggup memberikan nilai tambah atau added value dalam menawarkan suatu produk atau jasa. Konsep tersebut terkesan umum saja, dan dengan begitu jadi sangat masuk akal. Menurutnya, nilai tambah sangat penting dalam membangun kekuatan brand. Prinsip tersebut memungkinkan perusahaan untuk memberikan komposisi harga terbaik serta keunggulan kualitas.
Kemudian, untuk mendorong brand agar berhasil tumbuh di pasar, perusahaan perlu memiliki yang dinamakan brand strategy demi dapat mengenali selera konsumen. Jika keduanya dilebur dan diterapkan dengan baik, ujungnya adalah brand essence. Kalau sudah mencapai stasiun tersebut, brand kemungkinan telah mendapatkan rasa cinta konsumen.
“Pemain-pemain lain barangkali menggunakan tools yang sama. Tapi yang membedakan adalah dua faktor, yakni the discipline of getting things done, dan creativity of the people. Semakin kreatif, [usia] brand-nya akan semakin panjang,” ujarnya.
Cerita selengkapnya bisa Anda baca pada Majalah Fortune Indonesia edisi Oktober 2022 dan simak kisah menarik dari Businessperson of the Year 2022 lainnya. https://www.tokopedia.com/majalahfortuneidn.
Quick Fact
Quick Fact
Quick Fact
Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto
Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto
Education:
Education:
Universitas Kristen Satya Wacana
Universitas Kristen Satya Wacana
Quotes:
Quotes:
"Pemain-pemain lain barangkali menggunakan tools yang sama. Tapi yang membedakan adalah dua faktor, yakni the discipline of getting things done, dan creativity of the people.  Semakin kreatif, [usia] brand-nya akan semakin panjang."
"Pemain-pemain lain barangkali menggunakan tools yang sama. Tapi yang membedakan adalah dua faktor, yakni the discipline of getting things done, dan creativity of the people.  Semakin kreatif, [usia] brand-nya akan semakin panjang."
© 2025 IDN. All Rights Reserved.
© 2025 IDN. All Rights Reserved.
© 2025 IDN. All Rights Reserved.