back to list

back to list

Profile

Profile

Profile

Sunarso

Sunarso

Sunarso

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Transformasi dilakukan pria kelahiran Pasuruan itu terhadap BRI, bank plat merah terbesar di Indonesia. Sunarso menduduki pucuk kepemimpinan BRI pada September 2019. Tak lama berselang, Sunarso harus menghadapi situasi yang tidak mudah akibat pandemi. “Sepanjang generasi saya, bisa dikatakan krisis 2020 itu adalah yang terberat. Semua negara di dunia tidak ada yang bisa mengelak,” katanya kepada Fortune Indonesia di kantornya (25/10). 

Masa lalu adalah guru terbaik. Dan, industri perbankan di Indonesia bisa dikatakan telah belajar dari krisis sebelumnya, mulai dari krisis Asia (1998), krisis kredit perumahan rakyat di Amerika Serikat (2008), hingga krisis Eropa dan emerging market (2013). Dalam menghadapi krisis kesehatan pada 2020 ini, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan nasional mencapai 24,5 persen. Sedangkan rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) bisa dijaga di angka 3,18 persen. 

"Perbankan di Indonesia kuat dalam dalam risk management. Siap dan sigap. Perbankan kita sangat solid menghadapi krisis,” kata Sarjana Agronomi Institut Pertanian Bogor dan Magister Administrasi Bisnis Universitas Indonesia itu. 

Tapi bukan berarti krisis tidak berdampak bagi BRI. Sunarso yang memiliki hobi bermain sepakbola mengibaratkan BRI adalah sebuah tim yang tengah bertanding di sebuah kompetisi. Sebagai pelatih, jika sebelumnya Sunarso menginginkan timnya menang 3-0, kini cukup menang 2-1.

“Kondisi normal, bankir harus menang 3-0. Likuiditas memadai, kualitas aset harus baik, sehingga profitabilitas didapat,” kata penggemar Sir Alex Ferguson ini. “Dalam kondisi tidak normal, kita harus tetap menang. Likuiditas tidak boleh terganggu, kualitas terjaga sehingga kita masih punya bekal untuk hari esok. Dengan terpaksa, profitabilitas kita korbankan.” 

Pada 2020 lalu, BRI tidak bisa terhindari dari penurunan laba bersih. Menurut riset Fortune Indonesia, BRI tidak pernah sekalipun mengalami penurunan laba bersih sejak 2006. “Walau rugi, BRI bisa bangkit, tidak kehabisan likuiditas. Ketika kondisi lapangan bagus, kita bisa menang 3-0 di pertandingan selanjutnya. Yang penting, kita tidak gugur dulu,” katanya.

Sunarso membuktikan ucapannya. Pada kuartal ketiga 2021 ini, BRI mencatatkan laba bersih Rp19,07 triliun atau naik 35 persen dibandingkan periode yang sama 2020. 

Sebagai nakhoda, Sunarso harus bekerja dan berpikir lebih keras dalam menghadapi kondisi itu. Dia mengambil langkah cepat dan detail, memotivasi, dan menginspirasi karyawan. “CEO harus bisa created value dan mengomunikasikan visi serta misi dengan baik. CEO harus bisa menjalankan fungsi sebagai storyteller dan menggerakkan SDM,” katanya.  

Value itulah yang akhirnya diturunkan ke berbagai hal, seperti financial & strategy, business & support, risk management, compliance, dan internal audit. “Saya menetapkan strategi business follow stimulus,” kata Sunarso. 

Pandemi telah menghantam sebagian besar lapisan masyarakat. Di sini, pemerintah  turun tangan dalam memberikan berbagai stimulus, salah satunya untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UKM). BRI pun melakukan restrukturisasi kredit UKM, yang nilainya per September 2021 adalah Rp166,19 triliun. Dari jumlah itu; 83,4 persen adalah kredit UKM. 
 

Transformasi dilakukan pria kelahiran Pasuruan itu terhadap BRI, bank plat merah terbesar di Indonesia. Sunarso menduduki pucuk kepemimpinan BRI pada September 2019. Tak lama berselang, Sunarso harus menghadapi situasi yang tidak mudah akibat pandemi. “Sepanjang generasi saya, bisa dikatakan krisis 2020 itu adalah yang terberat. Semua negara di dunia tidak ada yang bisa mengelak,” katanya kepada Fortune Indonesia di kantornya (25/10). 

Masa lalu adalah guru terbaik. Dan, industri perbankan di Indonesia bisa dikatakan telah belajar dari krisis sebelumnya, mulai dari krisis Asia (1998), krisis kredit perumahan rakyat di Amerika Serikat (2008), hingga krisis Eropa dan emerging market (2013). Dalam menghadapi krisis kesehatan pada 2020 ini, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan nasional mencapai 24,5 persen. Sedangkan rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) bisa dijaga di angka 3,18 persen. 

"Perbankan di Indonesia kuat dalam dalam risk management. Siap dan sigap. Perbankan kita sangat solid menghadapi krisis,” kata Sarjana Agronomi Institut Pertanian Bogor dan Magister Administrasi Bisnis Universitas Indonesia itu. 

Tapi bukan berarti krisis tidak berdampak bagi BRI. Sunarso yang memiliki hobi bermain sepakbola mengibaratkan BRI adalah sebuah tim yang tengah bertanding di sebuah kompetisi. Sebagai pelatih, jika sebelumnya Sunarso menginginkan timnya menang 3-0, kini cukup menang 2-1.

“Kondisi normal, bankir harus menang 3-0. Likuiditas memadai, kualitas aset harus baik, sehingga profitabilitas didapat,” kata penggemar Sir Alex Ferguson ini. “Dalam kondisi tidak normal, kita harus tetap menang. Likuiditas tidak boleh terganggu, kualitas terjaga sehingga kita masih punya bekal untuk hari esok. Dengan terpaksa, profitabilitas kita korbankan.” 

Pada 2020 lalu, BRI tidak bisa terhindari dari penurunan laba bersih. Menurut riset Fortune Indonesia, BRI tidak pernah sekalipun mengalami penurunan laba bersih sejak 2006. “Walau rugi, BRI bisa bangkit, tidak kehabisan likuiditas. Ketika kondisi lapangan bagus, kita bisa menang 3-0 di pertandingan selanjutnya. Yang penting, kita tidak gugur dulu,” katanya.

Sunarso membuktikan ucapannya. Pada kuartal ketiga 2021 ini, BRI mencatatkan laba bersih Rp19,07 triliun atau naik 35 persen dibandingkan periode yang sama 2020. 

Sebagai nakhoda, Sunarso harus bekerja dan berpikir lebih keras dalam menghadapi kondisi itu. Dia mengambil langkah cepat dan detail, memotivasi, dan menginspirasi karyawan. “CEO harus bisa created value dan mengomunikasikan visi serta misi dengan baik. CEO harus bisa menjalankan fungsi sebagai storyteller dan menggerakkan SDM,” katanya.  

Value itulah yang akhirnya diturunkan ke berbagai hal, seperti financial & strategy, business & support, risk management, compliance, dan internal audit. “Saya menetapkan strategi business follow stimulus,” kata Sunarso. 

Pandemi telah menghantam sebagian besar lapisan masyarakat. Di sini, pemerintah  turun tangan dalam memberikan berbagai stimulus, salah satunya untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UKM). BRI pun melakukan restrukturisasi kredit UKM, yang nilainya per September 2021 adalah Rp166,19 triliun. Dari jumlah itu; 83,4 persen adalah kredit UKM. 
 

Transformasi dilakukan pria kelahiran Pasuruan itu terhadap BRI, bank plat merah terbesar di Indonesia. Sunarso menduduki pucuk kepemimpinan BRI pada September 2019. Tak lama berselang, Sunarso harus menghadapi situasi yang tidak mudah akibat pandemi. “Sepanjang generasi saya, bisa dikatakan krisis 2020 itu adalah yang terberat. Semua negara di dunia tidak ada yang bisa mengelak,” katanya kepada Fortune Indonesia di kantornya (25/10). 

Masa lalu adalah guru terbaik. Dan, industri perbankan di Indonesia bisa dikatakan telah belajar dari krisis sebelumnya, mulai dari krisis Asia (1998), krisis kredit perumahan rakyat di Amerika Serikat (2008), hingga krisis Eropa dan emerging market (2013). Dalam menghadapi krisis kesehatan pada 2020 ini, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan nasional mencapai 24,5 persen. Sedangkan rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) bisa dijaga di angka 3,18 persen. 

"Perbankan di Indonesia kuat dalam dalam risk management. Siap dan sigap. Perbankan kita sangat solid menghadapi krisis,” kata Sarjana Agronomi Institut Pertanian Bogor dan Magister Administrasi Bisnis Universitas Indonesia itu. 

Tapi bukan berarti krisis tidak berdampak bagi BRI. Sunarso yang memiliki hobi bermain sepakbola mengibaratkan BRI adalah sebuah tim yang tengah bertanding di sebuah kompetisi. Sebagai pelatih, jika sebelumnya Sunarso menginginkan timnya menang 3-0, kini cukup menang 2-1.

“Kondisi normal, bankir harus menang 3-0. Likuiditas memadai, kualitas aset harus baik, sehingga profitabilitas didapat,” kata penggemar Sir Alex Ferguson ini. “Dalam kondisi tidak normal, kita harus tetap menang. Likuiditas tidak boleh terganggu, kualitas terjaga sehingga kita masih punya bekal untuk hari esok. Dengan terpaksa, profitabilitas kita korbankan.” 

Pada 2020 lalu, BRI tidak bisa terhindari dari penurunan laba bersih. Menurut riset Fortune Indonesia, BRI tidak pernah sekalipun mengalami penurunan laba bersih sejak 2006. “Walau rugi, BRI bisa bangkit, tidak kehabisan likuiditas. Ketika kondisi lapangan bagus, kita bisa menang 3-0 di pertandingan selanjutnya. Yang penting, kita tidak gugur dulu,” katanya.

Sunarso membuktikan ucapannya. Pada kuartal ketiga 2021 ini, BRI mencatatkan laba bersih Rp19,07 triliun atau naik 35 persen dibandingkan periode yang sama 2020. 

Sebagai nakhoda, Sunarso harus bekerja dan berpikir lebih keras dalam menghadapi kondisi itu. Dia mengambil langkah cepat dan detail, memotivasi, dan menginspirasi karyawan. “CEO harus bisa created value dan mengomunikasikan visi serta misi dengan baik. CEO harus bisa menjalankan fungsi sebagai storyteller dan menggerakkan SDM,” katanya.  

Value itulah yang akhirnya diturunkan ke berbagai hal, seperti financial & strategy, business & support, risk management, compliance, dan internal audit. “Saya menetapkan strategi business follow stimulus,” kata Sunarso. 

Pandemi telah menghantam sebagian besar lapisan masyarakat. Di sini, pemerintah  turun tangan dalam memberikan berbagai stimulus, salah satunya untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UKM). BRI pun melakukan restrukturisasi kredit UKM, yang nilainya per September 2021 adalah Rp166,19 triliun. Dari jumlah itu; 83,4 persen adalah kredit UKM. 
 

Quick Fact

Quick Fact

Quick Fact

Sunarso

Sunarso

Education:

Education:

Master of Business Administration, University of Indonesia

Master of Business Administration, University of Indonesia

Quotes:

Quotes:

"CEO harus bisa created value dan mengomunikasikan visi serta misi dengan baik. CEO harus bisa menjalankan fungsi sebagai storyteller dan menggerakkan SDM."

"CEO harus bisa created value dan mengomunikasikan visi serta misi dengan baik. CEO harus bisa menjalankan fungsi sebagai storyteller dan menggerakkan SDM."